Penelitian itu sendiri digagas ketika data klinis tentang fungsi vitamin D tak begitu banyak ditemukan. Meski secara teori vitamin ini memiliki peran besar memelihara fungsi otak di usia tua.
Oleh karena itu David J Llewellyn dan koleganya meneliti 1776 orang dewasa berusia 65 tahun keatas dengan mengambil sampel darah untuk memastikan kadar kandungan vitamin D.
Fungsi kognisi lantas dites menggunakan metoda Abbreviated Mental Tes, yang memasukkan 10 pertanyaan untuk menguji tingkat perhatian (fokus), orientasi atas waktu dan ruang, dan ingatan.
Berdasar skor 70 % kebawah, 212 subjek (12 %) dinyatakan memiliki gejala gangguan kognisi. Dalam riset yang dipublikasikan di Journal of Geriatric Psychology and Neurology, peneliti menemukan keterkaitan nyata antara kadar vitamin D rendah dengan penurunan fungsi kognisi.
Setelah ditambah faktor lain yang terkait, termasuk penyakit diderita subjek penelitian, para orang tua dengan kadar vitamin D terendah terlihat mengalami gangguan kognisi dua kali lipat ketimbang mereka yang memiliki kadar vitamin D tertinggi.
Llewellyn, doktor dari Universitas Cambridge dan koleganya menyatakan jika konsentrasi vitamin D memiliki kemungkinan besar membantu dokter dalam pemeriksaan gangguan kognitif.
Riset lebih jauh diperlukan untuk mengetahui apakah pemberian suplemen vitamin D salah satu cara efektif untuk mengurangi insiden kerusakan fungsi kognitif," ujar Llewellyn.
Pernyataan Llewellyn didasarkan fakta jika vitamin D, sering kali berada di tubuh dalam bentuk sintesis. Atas bantuan sinar matahari, sintesis tersebut barulah terurai dan membentuk vitamin D yang berperan besar dalam penyerapan kalsium dan fosfor.
Sedangkan banyak temuan dan hasil penelitian menyatakan, suplemen vitamin D kurang efektif dibanding asupan alami dan berkegiatan dibawah sinah matahari.
No comments:
Post a Comment