Foto: Corbis
SEJAK lama bawang putih dipercaya bermanfaat bagi kesehatan. Termasuk melawan virus, bakteri, hingga sel kanker. Benarkah?
Bawang putih selama ini populer sebagai bumbu penyedap masakan maupun pengusir setan dalam mitologi vampir. Di luar itu, tanaman bernama latin allium sativum ini sejak zaman kuno juga diyakini memiliki faedah medis seperti melawan virus, bakteri, dan kanker, serta menurunkan kolesterol. Tak heran, bawang putih pun dianggap sebagai "obat herbal ajaib".
Namun, sebuah temuan baru menyimpulkan bahwa bukti penelitian yang mengaitkan bawang putih dengan pengurangan risiko kanker kurang mumpuni dan masih sangat minim.
"Masyarakat ingin memercayai bahwa bawang putih mungkin saja efektif mengurangi risiko kanker, akan tetapi sejauh ini bukti ilmiah masih sangat terbatas untuk menyimpulkan bahwa bawang putih bermanfaat untuk semua jenis kanker," ungkap peneliti dari Ewha Women's University di Seoul,Korea Selatan, Dr Oran Kwon. Dia juga menjabat ketua tim penulisan penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Nutrisi Klinis Amerika bulan ini.
Untuk keperluan penelitian itu, Kwon bersama timnya menganalisis 19 laporan hasil penelitian yang pernah dipublikasikan dan membahas keterkaitan konsumsi bawang putih dengan pengurangan risiko kanker tertentu.
Untuk proses evaluasi, Kwon dan timnya menggunakan standar penilaian seperti yang dilakukan US Food and Drug Administration (FDA) dalam membuat klaim manfaat kesehatan dari suatu makanan.
Hasilnya, peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada bukti mumpuni untuk menghubungkan konsumsi bawang putih dengan risiko pengurangan kanker lambung, payudara, paru, dan endometrium. Mereka hanya mendapati bukti yang sangat terbatas, tapi dapat dipercaya, yang mengaitkan konsumsi bawang putih dalam mengurangi risiko munculnya sel kanker pada usus besar, prostat, kerongkongan, pangkal tenggorokan, mulut, indung telur, dan ginjal. Untuk itulah, Kwon menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut.
Selama ini sejumlah ilmuwan sudah telanjur berteori bahwa bawang putih mungkin bekerja dengan berbagai cara untuk mengurangi risiko kanker. Termasuk menghancurkan tekanan oksidatif yang disebabkan molekul radikal bebas yang dapat memacu risiko kanker dan gangguan kesehatan lainnya. "Akan tetapi, klaim bahwa bawang putih mencegah berbagai jenis kanker belum memiliki cukup bukti," komentar nutrisionis sekaligus aktivis dari American Cancer Society di Atlanta, Colleen Doyle. "Bukti yang ada masih lemah," imbuhnya.
Kendati demikian, dia menilai kebiasaan mengonsumsi bawang putih tidaklah buruk. Artinya, jika Anda menyukai bawang putih itu bagus. "Silakan saja mau dipanggang, ditumbuk, ditumis. Itu tidak akan membahayakan Anda," katanya. "Jika kelak ada bukti kuat bahwa bawang putih bermanfaat mencegah kanker, ya bagus," ujarnya.
Lebih lanjut, Doyle mengungkapkan, penyuka bawang putih itu sendiri sebenarnya telah melakukan upaya pengurangan risiko kanker melalui diet seimbang. "Kami telah mengetahui bahwa orang yang menerapkan pola diet kaya buah dan sayuran, atau yang berdiet dengan mengonsumsi makanan berbahan dasar tumbuhan (termasuk bawang putih), berisiko lebih rendah terkena kanker," sebutnya.
Terkait manfaat bawang putih dalam mencegah kanker, peneliti dari Universitas Boston Amerika pernah melaporkan, bawang putih dapat mengurangi risiko kanker usus besar. Kandungan bahan yang disebut diallyl disulfide disinyalir membantu memacu usus memproduksi enzim yang bermanfaat membersihkan partikel penyebab kanker.
Peneliti asal Selandia Baru tersebut mencoba memberi makan tikus-tikus dengan kadar disulfide berbeda-beda. Hasilnya, usus tikus-tikus yang diberi makan dengan kadar disulfide banyak dan sedang (berdasarkan takaran asupan harian bagi manusia) mengalami peningkatan produksi enzim antikanker hingga 60 persen.
Mereka lantas menyimpulkan, walaupun hanya sesiung bawang putih, manfaatnya bagus juga bagi manusia.(sindo//tty)
Bawang putih selama ini populer sebagai bumbu penyedap masakan maupun pengusir setan dalam mitologi vampir. Di luar itu, tanaman bernama latin allium sativum ini sejak zaman kuno juga diyakini memiliki faedah medis seperti melawan virus, bakteri, dan kanker, serta menurunkan kolesterol. Tak heran, bawang putih pun dianggap sebagai "obat herbal ajaib".
Namun, sebuah temuan baru menyimpulkan bahwa bukti penelitian yang mengaitkan bawang putih dengan pengurangan risiko kanker kurang mumpuni dan masih sangat minim.
"Masyarakat ingin memercayai bahwa bawang putih mungkin saja efektif mengurangi risiko kanker, akan tetapi sejauh ini bukti ilmiah masih sangat terbatas untuk menyimpulkan bahwa bawang putih bermanfaat untuk semua jenis kanker," ungkap peneliti dari Ewha Women's University di Seoul,Korea Selatan, Dr Oran Kwon. Dia juga menjabat ketua tim penulisan penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Nutrisi Klinis Amerika bulan ini.
Untuk keperluan penelitian itu, Kwon bersama timnya menganalisis 19 laporan hasil penelitian yang pernah dipublikasikan dan membahas keterkaitan konsumsi bawang putih dengan pengurangan risiko kanker tertentu.
Untuk proses evaluasi, Kwon dan timnya menggunakan standar penilaian seperti yang dilakukan US Food and Drug Administration (FDA) dalam membuat klaim manfaat kesehatan dari suatu makanan.
Hasilnya, peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada bukti mumpuni untuk menghubungkan konsumsi bawang putih dengan risiko pengurangan kanker lambung, payudara, paru, dan endometrium. Mereka hanya mendapati bukti yang sangat terbatas, tapi dapat dipercaya, yang mengaitkan konsumsi bawang putih dalam mengurangi risiko munculnya sel kanker pada usus besar, prostat, kerongkongan, pangkal tenggorokan, mulut, indung telur, dan ginjal. Untuk itulah, Kwon menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut.
Selama ini sejumlah ilmuwan sudah telanjur berteori bahwa bawang putih mungkin bekerja dengan berbagai cara untuk mengurangi risiko kanker. Termasuk menghancurkan tekanan oksidatif yang disebabkan molekul radikal bebas yang dapat memacu risiko kanker dan gangguan kesehatan lainnya. "Akan tetapi, klaim bahwa bawang putih mencegah berbagai jenis kanker belum memiliki cukup bukti," komentar nutrisionis sekaligus aktivis dari American Cancer Society di Atlanta, Colleen Doyle. "Bukti yang ada masih lemah," imbuhnya.
Kendati demikian, dia menilai kebiasaan mengonsumsi bawang putih tidaklah buruk. Artinya, jika Anda menyukai bawang putih itu bagus. "Silakan saja mau dipanggang, ditumbuk, ditumis. Itu tidak akan membahayakan Anda," katanya. "Jika kelak ada bukti kuat bahwa bawang putih bermanfaat mencegah kanker, ya bagus," ujarnya.
Lebih lanjut, Doyle mengungkapkan, penyuka bawang putih itu sendiri sebenarnya telah melakukan upaya pengurangan risiko kanker melalui diet seimbang. "Kami telah mengetahui bahwa orang yang menerapkan pola diet kaya buah dan sayuran, atau yang berdiet dengan mengonsumsi makanan berbahan dasar tumbuhan (termasuk bawang putih), berisiko lebih rendah terkena kanker," sebutnya.
Terkait manfaat bawang putih dalam mencegah kanker, peneliti dari Universitas Boston Amerika pernah melaporkan, bawang putih dapat mengurangi risiko kanker usus besar. Kandungan bahan yang disebut diallyl disulfide disinyalir membantu memacu usus memproduksi enzim yang bermanfaat membersihkan partikel penyebab kanker.
Peneliti asal Selandia Baru tersebut mencoba memberi makan tikus-tikus dengan kadar disulfide berbeda-beda. Hasilnya, usus tikus-tikus yang diberi makan dengan kadar disulfide banyak dan sedang (berdasarkan takaran asupan harian bagi manusia) mengalami peningkatan produksi enzim antikanker hingga 60 persen.
Mereka lantas menyimpulkan, walaupun hanya sesiung bawang putih, manfaatnya bagus juga bagi manusia.
No comments:
Post a Comment