Vertigo adalah penyakit dengan gangguan keseimbangan yang ditandai dengan: perasaan berputar, dunia serasa gergoyang, benda sekeliling berputar, rasa mau jatuh bahkan adakalanya jatuh beneran, disertai dengan mual, muntah, keringat dingin.
Merasa lebih baik jika berbaring, tapi vertigo terus berlanjut meski tidak bergerak sama sekali, kadang merasa enak bila tutup mata dan vertigo berulang saat mata dibuka.
Bagaimana pengobatan vertigo? Vestibular suppressant dan obat antiemetic menjadi pilihan utama perawatan vertigo. Sebagai tambahan, ada sejumlah pengobatan baru yang efektifnya masih belum terbukti dan masih dalam penelitian.
Vestibular Suppressant
Secara umum, adalah obat yang mengurangi nystagmus (gerak mata) karena gangguan keseimbangan, atau obat yang mengurangi mabuk kendaraan dan lainnya.
Tabel di bawah adalah vestibular suppressants disusun menurut pilihan. Obat ini dibagi tiga kelompok: anticholinergics, antihistamin, dan benzodiazepines.
Anticholinergics
Anticholinergics mempengaruhi sel yang peka rangsangan muscarinic dan meningkatkan toleransi gerakan. Anticholinergics juga memiliki efek kompensasi, menghasilkan “reversible overcompensation” ketika efek kompensasi terhadap gangguan keseimbangan telah dicapai (Zee, 1988). Obat yang memiliki Efek “central anticholinergic” ini sering dipakai dalam penatalaksanaan vertigo (Takeda et al, 1989). Berbeda dengan antihistamin, anticholinergics tidak efektif jika diberikan setelah gejala nampak. Semua anticholinergics yang digunakan pada pengobatan vertigo mempunyai efek samping terutama mulut kering, dilatasi pupil dan ngantuk. Scopolamine dan atropine bekerja pada sel yang peka terhadap rangsangan efek muscarinic nonspecific (Barton et al, 1994).
Antihistamin
Golongan obat ini dapat mencegah motion sickness dan dapat mengurangi gejala nya, kecuali astemizol yang tidak efektif untuk pencegahan mabuk atau pusing. (Kohl et al, 1987).
Benzodiazepines
Benzodiazepines adalah gamma-amino butyric acid (GABA) modulator, efeknya untuk mengurangi gejala vestibular. Dalam dosis kecil, obat ini sangat bermanfaat. Hanya saja golongan ini mempunyai efek samping yang tidak menguntungkan, diantaranya ketergantungan dan melemahnya memori di samping efek lainnya.
Obat yang biasa dipakai:
- Lorazepam (dosis: 0,5 mg)
- Diazepam (dosis: 2 mg)
- Clonazepam (klonopin), dan Aprazolam (xanax), oleh beberapa penulis obat jenis ini kurang disukai karena efek supresi vestibular yang sulit pulih pasca penghentian obat.
Antiemetik
Golongan obat ini sering digunakan pada penderita vertigo. Pemilihan jenis antiemetik untuk vertogo tergantung manfaat dan efek samping yang ditimbulkannya. Pemberian oral dapat mengurangi vertigo ringan dan sedangkan supposutoria diberikan pada penderita dengan atonia lambung dan peenderita yang muntah profus. Suntikan diberikan pada penderita rawat inap. Obat jenis baru hanya diberikan bila semua upaya gagal. Phenothiazines, seperti prochlorperazine (Compazine) dan promethazine (Phenergan), adalah anti muntah yang efektif, mungkin karena efek dopamine blocker, namun pemberian obat ini harus dipertimbangkan efek sampingya, terutama efek h1 blocker (dystonia).
Metoclopramide, adalah dopamine antagonist yang memiliki antiemetic (sentral) kuat, tapi tidak efektip untuk pencegahan mabuk atau vertigo (Kohl, 1987). Domperidone (Motilium) adalah suatu antiemetic yang tidak menembus blood-brain barrier dan mempunyai lebih sedikit efek samping.
Obat antiemetik baru golongan 5-HT3 antagonist (ondansetron:Zofran, granisetron: Kytril) dipakai untuk mengontrol muntah pada kasus post operatif dan kemoterapi. Secara teori obat ini lebih efektif dibandingkan golongan lain, namun harganya mahal.
Obat anti vertigo baru
Obat golongan Calcium channel blocker, Sodium channel blocker, histamin agonist, steroid (decadron), sympathomimetics, acetyleucine, selective ach antagonist adalah jenis obat vertigo baru yang efektifitasnya masih dalam penelitian.
Serba serbi vertigo
Sebuah catatan untuk sejawat
Ketika seseorang datang dengan keluhan kepala, maka anamnesa jenis keluhan kepala mutlak diperlukan. Yang perlu ditanyakan apakah rasa berat, nyeri kepala, rasa hanyut, rasa berputar atau bergoyang saat ganti posisi atau saat buka mata. Hal ini penting karena sangat menentukan dalam diagnosa dan pemilihan jenis obat. Tatkala penderita mengeluh pusing lalu langsung diberi analgesik, maka tak usah heran bila penderita tidak berkurang keluhannya. Selain itu tentu mencari penyebab primernya, apakah gangguan organik gigi, mata, telinga, hidung dan lainnya.
Harap diingat bahwa setiap penderita mempunyai bahasa sendiri dalam menyampaikan keluhannya, dan seringkali maknanya berbeda dengan bahasa si dokter. Karenanya diperlukan sikap bijak untuk mengurai keluhan penderita, sehingga apa yang diharapkannya sesuai dengan keputusan dokter dalam menegakkan diagnosa dan pemberian obatnya.
cak moki (dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment