Friday, January 9, 2009

Penyakit Polio

Pengertian

Polio atau disebut poliomyelitis adalah virus yang menyerang anak-anak dan dewasa melalui mulut yang dapat membuat pincang hingga meninggal. Penyebarannya dari kontak dengan tinja dari penderita. Polio disebabkan virus polio yang tergolong dalam Picornavirus. Suatu mikro organisme berukuran kecil, namun dapat melumpuhkan tubuh.

Penyakit polio merupakan penyakit virus paling tua umurnya. Penderita penyakit ini sudah terekam pada relief peninggalan zaman Mesir Kuno yang dipahat ribuan tahun sebelum Masehi.

Sebelum penemuan vaksin Polio, wabah Polio terjadi disemua bagian negara Amerika. Namun, dengan ditemukannya vaksin Polio dan dilakukan imunisasi yang sering, tidak pernah ada lagi kasus Polio sejak tahun 1983. Tapi, masalah virus polio itu kembali terjadi, karena virusnya memang tidak punah. Penyakit tersebut bisa saja terjadi sporadis, karena mudahnya transportasi dari satu negara ke negara lain.

Diagnosis

Virus polio dalan penderita akan memperbanyak diri dalam sel-sel di daerah mulut dan usus halus yang kemudian menyebar ke jaringan limfe. Terjadi viremia, virus menyebar dalam darah dan antara 1-4 minggu, terkena susunan saraf terutama atau predileksinya pada daerah sel-sel motorik di kornu anterior.

Kemungkinan virus dapat mencapai susunan saraf melalui saraf perifer usus kecil. Perlu diketahui bahwa lebih dari 90% orang yang terinfeksi virus polio tidak mengalami kelumpuhan, jadi hanya ada keluhan demam saja atau mencret. Kenapa virus tersebut memilih kornu anterior karena katanya di situ terdapat reseptor pada permukaan selnya, demikian juga di daerah inti motorik di batang otak, dan sel betz. Karena yang terkena kornu anterior merupakan pusat motorik di sumsum tulang belakang atau medulla spinalis maka gejalanya terjadi kelumpuhan lemas.

Kemudian virus berkembang biak di tenggorokan dan usus dan kemudian menyebar ke kelenjar getah bening, masuk ke dalam darah, serta menyebar ke seluruh tubuh. Sasaran virus polio terutama adalah sistem saraf yaitu ke otak, sumsum tulang belakang dan simpul-simpul saraf.

Dalam sistem saraf virus polio menyerang dan merusak simpul-simpul saraf sehingga tidak berfungsi. Biasanya yang diserang saraf penggerak otot tungkai/kaki dan kadang-kadang tangan. Inilah yang kemudian menyebabkan kelumpuhan dengan mengecilnya tungkai, sehingga jalan menjadi tidak sempurna.

Namun, virus ini dapat pula menyerang saraf otot lengan dan tangan. Ia bahkan bisa menyerang bagian otak sehingga susah menelan waktu makan, mengalami kesulitan bernapas, dan akhirnya menimbulkan kematian.

Penyebab

Virus ini disebarkan melalui rute orofecal (melalui makanan dan minuman) yang sudah terkontaminasi virus yang berasal dari feses penderita polio atau melalui percikan ludah.

Penyebaran utamanya melalui kontak dengan manusia. Di luar tubuh manusia, virus ini hanya mampu bertahan hidup sebentar.

Virus Polio biasanya terjadi pada musim tertentu dari musim hujan ke musim panas dan sebaliknya. Umumnya penyakit ini menimpa anak umur di bawah 3 tahun, dan kalau terkenanya pada anak lebih dari 3 tahun keadaannya menjadi lebih berat. Polio lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan dan juga lebih berat pada laki-laki.

Setelah dilakukan penelitian, suntikan apapun dapat menyebabkan kerusakan ujung saraf (nerve ending) sehingga virus mudah masuk ke sistem saraf (l990), sebelumnya belum diketahui. Demikian juga pada waktu endemis sebaiknya jangan melakukan operasi tonsilektomi. Pernah terjadi di negara Oman, imunisasi difteri, tetanus dan toksoid pertusis memprovokasi terjadinya penyakit poliomyelitis.

Gejala

Respons pertama terhadap infeksi virus polio biasanya bersifat infeksi asimptomatik, yakni tidak menunjukkan gejala sakit apa pun. Sekitar 4 - 8 % infeksi virus polio tidak menimbulkan gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan penyakit minor (abortive poliomyelitis) berupa demam, mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, otot menjadi lemah, sembelit dan sakit tenggorokan. Setelah itu, penderita dapat sembuh dalam beberapa hari.

Namun, bila virus menginfeksi sel yang menjadi sasaran utamanya, yaitu susunan sel syaraf pusat di otak, terjadilah poliomyelitis nonparalitik 1 - 2% dan poliomyelitis paralitik(kelumpuhan) 0,1 - 1%.

Pada kasus poliomyelitis nonparalitik, yang berarti virus polio telah mencapai selaput otak (meningitis aseptik), penderita mengalami kejang otot, sakit punggung dan leher; selain dari gejala penyakit minor yang telah disebutkan di atas.

Sedangkan kasus poliomyelitis paralitik, biasanya terjadi sebagai perkembangan lebih lanjut dimulai dengan fase preparalitik selama 1-2 hari. Gejalanya pada saat itu adalah badan panas, febris, nyeri kepala, kemungkinan ada muntah atau mencret, nyeri pada otot-otot, tak lama kemudian terjadi kelumpuhan pada anggota gerak, lengan atau tungkai yang sifatnya lemas atau kelumpuhan flaksid dan umumnya kelumpuhan tidak simetris. Meskipun dapat pula terjadi tanpa melalui fase pertama tersebut. Pada tahap ini, akan terjadi kerusakan tulang punggung atau bulbar dan lumpuh lemas (flacid paralisis) atau hilangnya refleks atau penurunan refleks pada lengan dan tungkai, yang terjadi akibat kerusakan neuron motor bawah. Inilah puncak serangan yang sangat ditakuti manusia.

Kelumpuhan terbanyak pada daerah spinal tetapi dapat juga terjadi kelumpuhan daerah bulber dan kombinasi atau bulbospinal. Keadaan berbahaya kalau menyerang pada daerah bulber karena akan mengenai pusat pernafasan dan bisa meninggal kalau tidak ditanggulangi dengan segera.

Untuk mendiagnosis selain gejala klinis perlu diperiksa feses untuk kemudian diisolasi dan dikultur, cairan otak dan waktu ini pemeriksaan dalam serum terdapat IgM antibodi spesifik poliovirus dan yang lebih cepat indirect immunofluorosensi mikroskop identifikasi dengan polymerase chain reaction (PCR) berdasarkan urutan-urutan nukleotida dalam rantai RNA dan enzim -linked immunosorbent assays (Elisa) menggunakan antibodi monoclonal.

Pencegahan

Pada saat ini, satu-satunya cara untuk mencegah Polio dengan melakukan imunisasi. Virus Polio lebih sering menyerang bayi dan anak balita, daripada orang dewasa, karena kekebalannya masih lemah. Oleh karena itu, imunisasi dilakukan pada bayi yang berumur 2 bulan dan sudah aman sebelum masuk sekolah, dengan cara diteteskan pada mulut bayi atau anak. Namun, bagi orang dewasa perlu satu atau lebih dosis jika melakukan perjalanan di negara yang terinfeksi Polio.

Dulu pencegahan penyakit dengan vaksin Salk inaktif poliovaksin virus dan sekarang oral polio vaksin virus. Prognosis pada fase akut paralitik perbaikan biasanya terjadi dalam 3 sampai 6 bulan pertama. Perbaikan tersebut tidak begitu jelas sehingga kalau ditanya selalu mengatakan tak ada perbaikan. Perbaikan sedikit demi sedikit dapat terjadi sampai dua tahun. Gejala sisa yang mengakibatkan ketidak-mampuan hanya pada 25% kasus. Yang sisanya masih dapat melakukan aktivitas, walaupun berkurang.

Yang paling tidak menyenangkan pada pasien postpolio adalah masih terdapatnya gejala nyeri otot, lelah, dan pengecilan otot atau atrofi yang dapat terjadi sepuluh sampai dua puluh tahun kemudian.

Untuk mencegah polio paling mudah yaitu dengan pemberian vaksin oral dalam bentuk tetes yang diminum oleh anak-anak. Tersedia secara cuma-cuma di RS atau puskesmas. Penyakit ini lebih sering berjangkit di daerah dingin, sehingga penderita penyakit ini akan berkurang di daerah tropik.

Bagi orang dewasa tidak perlu vaksin polio, karena mereka sudah melakukan imunisasi ketika kecil. Tapi ada 3 kelompok orang yang beresiko tinggi dan harus melakukan vaksinasi : 1. Orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri dimana polio berada; 2. Pekerja yang bekerja di laboratorium yang menangani virus Polio ini; 3. Pekerja yang merawat penderita Polio. Ada 3 dosis vaksin untuk orang-orang tersebut :

1. Dosis pertama dilakukan vaksin kapan saja,
2. Dosis kedua, dilakukan 1-2 bulan setelah dosis pertama
3. Dosis ketiga, dilakukan 6-12 bulan setelah dosis kedua.

Orang yang tidak boleh melakukan vaksin adalah orang yang memiliki alergi terhadap antibiotik neomycin, streptomycin, atau polymyxin B dan orang yang alergi terhadap vaksin Polio, tidak perlu dilakukan lagi. Orang yang sakit ketika melakukan vaksin Polio, harus menunggu sampai pulih kembali baru dilakukan vaksin berikutnya. Namun, jika hanya terkena flu vaksin berikutnya tetap dijalankan.

Jika ada reaksi lain yang terjadi, segera telepon dokter.

Perawatan

Berbicara mengenai pengobatan, kalau sudah terjadi kelumpuhan dan otot mengecil memang sukar dan tinggal melakukan fisioterapi. Dalam keadaan akut, penderita diberi obat antinyeri, kompres hangat untuk menghilangkan rasa nyeri, dan menghindari terjadinya regangan pada otot diberikan splint. Perlu dilakukan gerakan pasif pada otot secara halus. Kemudian ketika keadaan sudah tidak akut, 2 minggu kemudian dapat dilakukan fisioterapi latihan otot secara aktif. Jika terjadi deformitas dilakukan operasi.

Jika terjadi bulber paralise maka dapat dilakukan ventilasi dengan trakheotomi atau dengan pemasangan ventilator. Menurut penelitian, non-invasive ventilator lebih baik daripada invasive atau dengan trakheotomi.

Cara pengubatan baru kini boleh meringankan penyakit kaki seperti telapak kaki menggantung, kaki berbentuk seperti pisau, sambungan tempurung lutut berubah condong ke depan sehingga kaki tidak mempunyai tenaga, harus menekan lutut atau menopang pada tongkat penyangga sewaktu berjalan,polio anak, kaki bentuk X atau O dengan hanya memakan waktu 30 menit untuk setiap sesi pengobatan,kemudian kaki dapat dirapatkan sehingga seperti normal.

No comments: