Pengertian
Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV). Virus ini ditemukan didalam darah dari penderita Hepatitis C. Virus ini masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.
Dua puluh tahun lalu, VHC lebih dikenal sebagai virus non-A, non-B (penyakitnya pun lalu disebut hepatitis non-A, non-B). Baru pada tahun 1989 virus ini diidentifikasi dan pada tahun 1990 tes antibodi (anti-VHC) mulai dilakukan di seluruh dunia guna membantu menyingkap penderita hepatitis C ini.
Diagnosis
Umumnya, virus hepatitis C terdeteksi dari hasil tes darah yang menunjukkan kadar enzim hatinya tinggi. Atau, saat seseorang dites sebagai donor darah, tampak adanya antibodi hepatitis C positif. Hepatitis C akut gejalanya sama seperti hepatitis lain. Sedangkan yang kronis sangat samar, paling-paling hanya seperti orang sakit maag ditambah kondisi badannya cepat letih.
Diprakirakan 85% dari 150.000 orang yang terinfeksi VHC setiap tahun di AS, berkembang menjadi hepatitis C kronis. Sekitar 50% kasus yang terinfeksi akan menjadi kronis dan 20% menjadi sirosis hati. Di Indonesia, menurut Sulaiman, angka hepatitis C cenderung terus meningkat karena kini lebih banyak dan cepat terdeteksi lewat pemeriksaan check up. “Darah transfusi bagi penderita penyakit darah seperti demam berdarah, thalasemia atau untuk kepentingan pembedahan, memang semula hanya diteliti pencemarannya oleh VHB saja, belum VHC,” kata Sulaiman. “Kini kami harus lebih waspada.”
Penyebab
Penyebaran penyakit Hepatitis C ini terjadi melalui cairan tubuh khususnya darah baik melalui transfusi ataupun pemakaian obat bius dengan suntikan. Dalam perkembangan penyakit Hepatitis C, hati penderita akan mengalami sirosis (pengerasan hati) yang kemudian akan berlanjut menjadi kanker hati (hepatoselulerkarsinoma). Penyakit Hepatitis C tahap lanjut, resiko terjadinya kematian sangat besar.
Penularan Hepatitis C biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam kegiatan sehari-hari banyak resiko terinfeksi Hepatitis C seperti berdarah karena terpotong atau mimisan, atau darah menstruasi. Perlengkapan pribadi yang terkena kontak oleh penderita dapat menularkan virus Hepatitis C (seperti sikat gigi,sisir, koin kerokan, alat cukur atau alat manicure). Resiko terinfeksi Hepatitis C melalui hubungan seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan.
Sementara di Jepang, di mana faktor higienitas sangat diperhatikan, selain memang kecenderungan ras, faktor homoseksualitas (penularan melalui luka pada anus), kebebasan seks (penularan melalui selaput lendir), morfinis (suntikan), menjadi penyebab utama. Penularan VHC tidak hanya ditemukan di lingkungan masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi lemah, tetapi di semua lapisan masyarakat. Kapan saat awal terkena hepatitis C, sulit ditentukan.
Seperti juga hepatitis B, penderita hepatitis C juga berpotensi menderita kanker hepatoseluler (kanker hati), yakni jenis kanker primer hati. Munculnya kanker tidak bisa dipastikan, mungkin sampai 20 - 30 tahun setelah terinfeksi virus tersebut. Penderita kanker hati karena VHC, biasanya menderita hepatitis kronis atau sirosis hati sebelumnya. Di Indonesia, penyakit ini mulai banyak diteliti awal tahun 1990-an.
Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi yang baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu juga penderita HIV positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih memungkinkan. Menyusui tidak menularkan Hepatitis C.
Jika anda penderita Hepatitis C, anda tidak dapat menularkan Hepatitis C ke orang lain melalui pelukan, jabat tangan, bersin, batuk, berbagi alat makan dan minum, kontak biasa, atau kontak lainnya yang tidak terpapar oleh darah. Seorang yang terinfeksi Hepatitis C dapat menularkan ke orang lain 2 minggu setelah terinfeksi pada dirinya.
Pemberitahuan kepada dokter gigi anda dan tenaga medis lainnya bahwa anda menderita penyakit Hepatitis C sangat penting. Dokter gigi anda perlu mempersiapkan pencegahan sewaktu menjalankan operasi mulut bahkan untuk tindakan rutin lainnya yang menyebabkan pengeluaran darah dan hal lainnya yang berpotensial menyebarkan penyakit Hepatitis C. Begitu juga, jika anda melakukan pengambilan darah. Informasikan ke laboran (orang yang mengambil sampel darah) bahwa anda menderita penyakit Hepatitis sehingga dia akan melakukan pencegahan agar tidak terluka dengan jarum suntik.
Gejala
Gejala penderita Hepatitis C adalah badan terasa cepat lelah, demam, hilang selera makan, muntah, mual,nyeri perut kanan atas, menurun berat badan tanpa sebab, urin menjadi gelap, kulit dan mata menjadi kuning ( bagi Hepatitis C ini jarang terjadi )
Perawatan
Hepatitis C tetap bisa disembuhkan dengan kombinasi pegylated interferon dan ribavirin. Dokter biasanya memberikannya seminggu tiga kali selama enam bulan. Setelah enam bulan diobati, menurut ahli AS, 40% menunjukkan perbaikan kadar ALT (serum alanine aminitransferase). Namun dari angka tersebut, 60% kambuh kembali setelah pemberian interferon dihentikan. Jadi, hanya sekitar 10 - 15% yang benar-benar dikatakan sembuh. Sayangnya, teknik pengobatan ini berpotensi memindahkan penyakit dari hati ke dompet penderita. Sebagai gambaran, harga pegylated interferon dan ribavirin sekitar Rp 8 - 10 juta per bulan. Sementara pengobatan butuh waktu enam bulan untuk genotipe 2 dan 3, dan satu tahun untuk genotipe 1b. Di Indonesia, paling banyak tipe 1b, sedang di Afrika tipe 4.
“Timing pemberian interferon harus tepat,” tegas Sulaiman. “Kalau virusnya sedang ‘ngumpet’, akan percuma hasilnya. Jadi, sewaktu dites virusnya sedang aktif (kadar SGOT-SGPT tinggi), bisa langsung ‘ditembak’ dengan interferon. Dengan begitu hasilnya menjadi lebih responsif. Sebab, pada saat tepat ini imun tubuh menyadari bahwa virus sebagai musuh, bukan teman.”
Penderita bisa saja diobati untuk kedua kalinya. Efek sampingan sementara dari pemakaian interferon antara lain adanya rasa seperti sakit flu, depresi, sakit kepala, nafsu makan berkurang, pegal-linu, dan nafsu makan berkurang. Efek sampingan seperti gejala flu ini sebenarnya bisa dikurangi dengan minum obat penurun panas.
Selain efek sampingan sementara, dikhawatirkan dapat mendesak sumsum tulang sehingga timbul masalah pada sel darah putih dan platelet (trombosit). Sebab itu, selagi mendapat pengobatan interferon, jumlah sel darah putih, platelet, dan enzim hati perlu terus dipantau. Sebenarnya, biopsi hati (pengambilan jaringan hati tanpa pembedahan) perlu dilaksanakan sebelum pengobatan, agar tingkat kerusakan hati diketahui dengan tepat. Interferon juga bisa membuat pasien mengalami depresi. Karenanya, pengobatan ini tidak dianjurkan untuk mereka yang mengalami gangguan mental. “Bisa-bisa orang itu bunuh diri,” kata dr. Suwandhi terkekeh. Sialnya lagi, pengobatan ini tetap tidak bisa memberikan jaminan sembuh 100%.
Sedangkan efek samping ribavirin akan membuat pasien menjadi kurang darah. Pada orang-orang tertentu, terapi ini menghasilkan respons parsial. Saat dibombardir interferon dan ribavirin, virusnya turun. Namun, begitu obat dihentikan, virusnya langsung nongol lagi. Bahkan pada sebagian penderita, terapi ini sama sekali tidak menghasilkan respons.
Seseorang dinyatakan sembuh dari penyakit hepatitis C akut dan terbentuk antibodi positif C dalam tubuhnya, kemungkinan penyakitnya menjadi kronis malah sangat besar. Rupanya, formasi antibodi tubuh dalam merespons virus (seperti pada imunitas infeksi viral lain) tidak berlaku pada VHC. Soalnya, tidak seperti virus hepatitis B, VHC dalam tubuh berubah sifat dengan meninggalkan sifat aslinya. Agen hepatitis C berupa virus dengan ukuran 50 nm (nano meter). Masa inkubasinya sangat bervariasi, 2 - 26 minggu, bisa juga lebih.
Obat-obat tradisonal Cina atau Jepang yang biasanya mengandung glycyrrhizin dan alkaloid schizandrae, silymarin, hingga temulawak dan meniran. Hindari keadaan yang terlalu stress karena dapat meningkatkan GPT dan SGOT .
No comments:
Post a Comment