Friday, September 11, 2009

Impotensi Bisa Disembuhkan

Definisi Impotensi
Pengobatan Ustadz Galih Gumelar - “Impotensi” berasal dari kata “im” (artinya: tidak) dan “poten” (artinya: mampu). Jika dikaitkan dengan seksualitas, impoten berarti ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai atau mempertahankan ereksi dalam waktu yang cukup untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Impotensi dikenal pula dengan istilah disfungsi ereksi. Dan istilah disfungsi ereksi inilah yang sekarang lebih sering digunakan.
Seorang laki-laki dikatakan mengalami disfungsi ereksi bila tidak mampu ereksi sedangkan libido (gairah seksual)nya baik. Oleh karena itu, seorang pria berusia lanjut yang kehilangan gairah seksualnya (akibat dari kadar hormon testosteron) dengan sendirinya akan sulit ereksi, dan keadaan ini tidak dikategorikan sebagai impotensi atau disfungsi ereksi.
Macam dan Faktor Penyebab Impotensi
Berdasarkan saat terjadinya, impotensi ada beberapa macam, yaitu:
1. Impotensi primer, yaitu jika keluhan impotensi sudah ada sejak awal saat seseorang melakukan hubungan seksual (pada pengalaman pertamanya).
2. Impotensi sekunder, yaitu jika keluhan impotensi timbul pada seseorang yang sebelumnya tidak mengalami keluhan impotensi.
3. Impotensi absolut, yaitu jika keluhan impotensi timbul secara terus-menerus tanpa memandang waktu, tempat dan partnernya.
4. Impotensi selektif, yaitu jika keluhan impotensi timbul pada wanita tertentu baik itu istri atau pada wanita lain.
Sedangkan menurut penyebabnya, ada dua macam impotensi yaitu: impotensi psikogen dan impotensi organik.
Impotensi psikogen adalah kelainan potensi seksual disebabkan gangguan psikis sedangkan organ reproduksi dan faktor-faktor organ terkait normal.
Faktor-faktor gangguan psikogen antara lain:
1. Faktor perkembangan: contohnya pengalaman seksual traumatik di masa kanak-kanak.
2. Faktor afektif: kecemasan tentang ukuran penis, rasa bersalah, depresi, rasa rendah diri, kecemasan akan terjadi kehamilan, dan lain-lain.
3. Faktor interpersonal: miskin kemampuan komunikasi, tegang menghadapi pasangan, pasangan tidak menarik.
4. Faktor kognisional: ketidaktahuan atau ketabuan tentang seks, percaya pada mitos tertentu.
5. Faktor lain:kelelahan, kecemasan sementara, stres menghadapi pekerjaan, dan sebagainya.
Adapun impotensi organik terjadi karena ada gangguan pada organ tubuh, misal pada sistem reproduksi, kardiovaskular, sistem saraf, sistem hormonal, sistem metabolisme sel, penyakit infeksi, pengaruh obat-obatan, trauma, kelainan genetik, dan lainnya.
Pada tahun 1960-an impotensi dianggap 90% karena faktor psikogenik, tetapi sekarang terbukti 80% impotensi bersumber dari gangguan organik, yang dapat disembuhkan dengan tindakan medis yang tepat. Sedangkan pada penderita usia di atas 40 tahun, faktor psikisnya menjadi penyebab utama pada 20% kasus.
Penyebab paling umum impotensi adalah ketika aliran darah menuju dzakar terlalu lemah, disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau terjepit akibat dari berbagai kondisi seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes juga pria pecandu rokok.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa merokok dan meminum minuman beralkohol dapat meningkatkan risiko terjadinya impotensi. Laki-laki yang merokok memiliki kecenderungan 40% terkena impotensi dibandingkan mereka yang bukan perokok. Sedangkan peminum alkohol bisa menderita kerusakan saraf permanen, penyebab impotensi. Oleh karena itu, jika seorang laki-laki ingin terhindar dari impotensi maka hendaklah dia menghentikan kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol mulai sekarang juga.
Sebagai patokan, dapat dikatakan bahwa setiap faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner juga merupakan faktor risiko terjadinya impotensi.
Beberapa jenis obat-obatan, misalnya obat hipertensi atau penurun kadar kolesterol juga bisa menjadi penyebab impotensi. Kadang-kadang impotensi dapat diatasi hanya dengan mengganti obat tersebut.
Penanganan
Ada beberapa cara penanganan impotensi:
1. Impotensi bukan saja masalah bagi si pasien tetapi juga masalah bagi pasangannya, sehingga harus diatasi sebagai masalah berdua. Untuk itu diperlukan kerja sama, dukungan dari pasangan dan saling pengertian di antara suami-istri. Istri hendaknya berusaha sebisa mungkin memahami kondisi yang sedang dihadapi suami dan membantunya untuk mencari jalan keluar dan penyelesaian terbaik yang memuaskan keduanya.
2. Penyebab utama tetap harus diatasi. Kenali dulu penyebabnya, apakah murni faktor psikis ataukah ada penyebab organiknya, sehingga impotensi dapat ditangani secara tuntas.
3. Usaha mengendalikan penyebab dilakukan secara bersamaan dengan pemberian obat-obatan yang berfungsi melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah ke dzakar bertambah. Jenis obat-obatan ini hanya digunakan bila akan bersanggama, jadi tidak diminum setiap hari. Para ahli sepakat, obat oral (diminum) adalah cara yang pertama kali ditawarkan kepada penderita impotensi karena relatif mudah, cukup efektif dengan efek samping yang bisa ditoleransi dengan cukup baik. Di Indonesia ada tiga macam obat jenis ini yaitu sildenafil (viagra), tadalafil (cialis), vardenafil (levitra). Ketiganya mempunyai efektifitas yang sebanding, yaitu berkisar 70%. Meskipun obat-obat itu ada yang dijual bebas di pasaran, penulis tidak menganjurkan untuk mengonsumsinya tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter. Bagaimanapun juga, obat-obat tersebut mempunyai efek yang harus diwaspadai pada pasien-pasien tertentu.
4. Bila obat minum tidak berhasil, pilihan selanjutnya adalah obat injeksi (disuntikkan). Angka keberhasilannya lebih tinggi, 75–80%. Namun karena harus diinjeksi, akan lebih menyakitkan dan merepotkan, maka digunakan sebagai obat pilihan kedua bila obat oral gagal atau efek sampingnya tidak dapat ditoleransi.
5. Cara lain dengan memakai pompa vakum. Alat ini berupa sungkup yang berfungsi membuat tekanan negatif di sekitar dzakar sehingga darah akan ‘terisap’ dan menimbulkan ereksi. Cara ini cukup aman dengan efek samping yang relatif sedikit tetapi mempunyai keberhasilan yang sebanding dengan suntikan.
6. Pilihan lain adalah dengan operasi, yaitu dengan mengalihkan pembuluh darah baru ke dzakar, serupa dengan operasi by pass pada penyakit jantung koroner. Keberhasilannya cukup baik, sekitar 70% dan tidak memerlukan obat atau alat bila ingin bersanggama.
7. Pilihan terakhir adalah pemasangan protese dan silikon ke dalam dzakar. Cara ini tidak memperbesar dzakar seperti halnya waktu ereksi, tetapi membuat penyangga sehingga suami bisa menggauli istri pada farjinya. Lebih dari 80% pasien dan pasangannya menyatakan puas dengan cara ini. Namun angka kegagalannya 5%. Selain itu protese yang dipasang akan merusak jaringan yang mengembang pada saat ereksi alamiah.

No comments: