Di blog ini sebelumnya sudah aku bahas tentang Toxoplasma. Kali ini aku pengen sedikit ngebahas tentang CMV (Cytomegalovirus) yang dulunya sebelum ada kasus flu burung CMV ini awam dikenal dengan sebutan virus burung. Sebutan ini agak salah kaprah dan muncul karena diduga CMV ditularkan lewat unggas.
CMV disebabkan oleh kelompok virus Human cytomegalovirus, subfamily Betaherpesvirus, famili Herpesviridae. Seperti halnya Toxoplasma, CMV biasanya tinggal tenang dalam jaringan otot tubuh setelah terjadi infeksi pertama dan berdampak buruk pada janin mulai dari kecacatan fisik, kecacatan mental hingga kematian. Dan seperti halnya Toxoplasma, CMV juga muncul hampir tanpa gejala yang khas / spesifik. Yang umum dijumpai adalah flu, demam yang datang dan pergi, kelainan liver (yang cuma ketahuan dengan pemeriksaan dalam & teliti di internist) dan radang tenggorokan. Seringkali dianggap gejala flu atau masuk angin biasa. Gejala-gejala ini dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan. Walau kebanyakan orang dapat sembuh tanpa pengobatan, namun CMV dapat menyebabkan masalah yang serius pada orang dengan sistem imunitas yang makin melemah.
Masalah tersebut merupakan gejala yang paling sering muncul pada orang dengan penyakit AIDS atau pada gejala tersebut mengonsumsi obat-obatan yang dapat menekan sistem imunitas tubuh. Orang dengan AIDS yang terserang CMV sering mendapatkan infeksi retina yang disebut retinitis sehingga menyebabkan masalah dengan penglihatannya.
Orang yang menderita kanker atau yang menerima donor/transplantasi organ tubuh juga berisiko menderita CMV dan biasanya menyebabkan pneumonia atau infeksi perut yang sering disertai diare.
Namun berbeda dengan Toxoplasma yang menular lewat jalur fecal-oral (makan memakan) dari hewan peliharaan & unggas, CMV menular lewat droplet (pernafasan), hubungan sex, plasenta ibu hamil, ciuman dan tranfusi darah (lebih parah nih cara penularannya!).
Dan karena CMV adalah virus yang sifatnya obligatory internal parasite, maka virus CMV tidak tahan hidup di luar tubuh. Di udara luar virus ini dalam bentuk crystallized. Virus ini juga tidak dapat masuk ke dalam tubuh lewat makanan, karena virus CMV rusak oleh enzim pencernaan saat masuk ke saluran pencernaan.
Infeksi primer CMV yang masih termasuk dalam keluarga virus Herpes ini umum terjadi pada usia bayi, anak-anak & remaja yang sedang dalam kegiatan sexual aktif. 50-80% orang dewasa punya Antibody anti-CMV.
Dalam tubuh, tidak semua virus CMV berkembang aktif. Koloni virus dapat menghuni otak, sel-sel darah, sal pernafasan, mata ataupun hati dalam status laten (dorman / tidur). Virus CMV ini dapat berada dalam keadaan laten selama bertahun-tahun dan akan aktif bila kondisi fisik inang menurun, misalnya saat hamil. Saat kondisi tubuh lemah, koloni virus akan reaktif dan berkembang biak dan menimbulkan gejala berupa demam tinggi, pembengkakan kelenjar limfa, kelelahan hebat, nyeri otot dan sakit kepala.
Pada ibu hamil yang terinfeksi CMV, ada upaya-upaya yang dapat dilakukan agar infeksi CMV tersebut tidak menular ke janin, yaitu : melahirkan secara caesar, tidak menyusui bayi (karena virus berbiak di saluran rahim dan kelenjar ASI) dan sesegera mungkin ibu dan bayi menjalani pengobatan intensif untuk menghindari dampak serius CMV seperti adanya kemungkinan lumpuh pada bayi, keterbelakangan mental, tuli dan kebutaan.
Terapi yang dilakukan pada penderita infeksi CMV adalah dengan infus obat antivirus golongan Ganciclovir. Harga satu botol infus yang digunakan untuk menggelontor virus CMV lumayan mahal, lebih dari satu juta rupiah. Sedangkan untuk satu seri pengobatan, diperlukan lebih kurang 9 botol infus. Namun antivirus ini hanya mampu membasmi virus yang aktif, sedangkan virus yang dorman tidak dapat dibasmi dan tetap akan dapat menjadi reaktif bila daya tahan tubuh menurun.
1 comment:
This sounds like a very nasty virus ,my cousin says that by using viagra online this can be prevented ,any truth in that ?
Post a Comment