Wednesday, May 13, 2009

Kenali Gejala Pre-Eklampsia

TERATUR: Cek tekanan darah teratur terutama pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya pre-eklampsia.

Menjaga kestabilan tekanan darah seharusnya tetap dilakukan semua orang, terutama ibu hamil. Waspada jika tekanan darah tergolong tinggi, bisa jadi hal itu sebagai gejala pre-eklamsia.

Menurut Spesialis Obstetri dan Ginekologi, RSPAD Gatot Subroto, Dr. Judi Januadi Endjun, SpOG, pre-eklamsia adalah keracunan pada masa kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah yang tinggi, proteinuria yakni adanya protein dalam urin serta edema atau pembengkakan setelah kehamilan berusia 20 minggu.

Pre-eklamsia dapat berakibat keguguran, kelahiran bayi dengan bobot rendah hingga kematian. "Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, namun tingginya tingkat homocystein dalam darah dapat menaikkan resiko terjadinya pre-eklamsia," ungkap Judi pada seminar kesehatan yang diadakan produsen susu multinasional, Fonterra di Jakarta, Kamis (29/1).

Zat homocystein, dijelaskan oleh Judi, merupakan asam amino yang terdapat dalam darah. Beberapa studi menunjukan, banyaknya homocystein dalam darah berdampak pada penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah seperti stroke, penyakit kelainan pembulubh darah dan jantung koroner.

Preeklamsia serta gangguan tekanan darah lainnya merupakan kasus yang menimpa setidaknya lima hingga delapan persen dari seluruh kehamilan.

"preeklamsia termasuk tiga besar penyebab kematian pada ibu hamil. Kondisi ini diakibatkan karena si ibu kekurangan asam folat," kata dokter yang mengepalai Unit Perinatal Resiko Tinggi RSPAD Gatot Subroto ini.

Pre-eklamsia juga dapat berubah menjadi eklamsia, atau kondisi lebih serius yang ditandai dengan kejang atau seizure. Komplikasi dari eklamsia dapat menimbulkan terputusnya plasenta serta kelahiran prematur.

Judi menjelaskan, pre-eklamsia sebenarnya terdiri dari dua tahap. Pada tahap pertama, yang kemungkinan terjadi di akhir trimester pertama atau awal trimester kedua, ditandai dengan penurunan aliran darah pada plasenta.

Pada tahap kedua, kemungkinan terjadi di awal trimester ketiga, ditandai dengan sindrom pre-eklamsia, yang disebabkan ketidaknormalan dari sel-sel endotelial ibu hamil.

Menurut Judi, lemahnya pembentukan pembuluh darah, peradangan serta ketidaknormalan sistem syaraf merupakan faktor-faktor yang bisa memberikan kontribusi. Asam folat pada awal kehamilan dapat membantu pencegahan pada dua tahap pre-eklamsia tersebut.

Tingginya tingkat homocystein dalam darah dipicu oleh diet dan faktor genetik. Pola makan yang mengandung folat dan vitamion B lainnya akan membantu menurunkan tingkat homocystein dalam darah. Judi menyarankan, agar ibu hamil mengkonsummsi cukup folat agar resiko terhadap penyakit pre-eklamsia dan eklamsia bisa berkurang.

Konsumsi asam folat atau folic acid selama kehamilan tidak hanya berpengaruh pada kesempurnaan dan kesehatan janin.