Rasa kesemutan sering dialami penderita diabetes melitus (diabetesi). Sekitar 60-70 persen diabetesi mengalami kesemutan, yang merupakan satu bentuk dari neuropati. Risiko ini meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan durasi mengalami diabetes yang lebih lama.
Kesemutan ini juga muncul lebih sering pada diabetesi yang mengalami masalah dalam mengontrol glukosa darah. Sama halnya dengan mereka yang memiliki kadar lemak dalam darah dan tekanan darah tinggi serta yang mengalami kelebihan berat badan.
Dr. Pudji Sugianto, Sp.S, dari RS Siloam Lippo Cikarang, menjelaskan bahwa kesemutan bisa menjadi indikasi dari banyak penyakit, seperti diabetes melitus, hipertensi, saraf terjepit, gangguan aliran darah pada pembuluh darah tepi, maupun gangguan darah.
Ada kalanya pada mereka yang belum diketahui mengidap diabetes, kesemutan dapat menjadi gejala awal diketahuinya diabetes.
Kontrol Gula Darah
Kesemutan pada diabetesi terjadi karena adanya gangguan di pembuluh darah kapiler yang kecil-kecil atau kerusakan pada pembuluh darah tepi.
Untuk mengatasi kesemutan, hal pertama yang mesti dilakukan adalah mengontrol gula darah. Vitamin khusus untuk saraf, yaitu obat turunan vitamin B.
Obat neurotropik diberikan guna mempertahankan saraf tepi agar tidak cepat rusak, juga mempertinggi ambang rangsang kesemutan. "Jadi penderitanya tidak merasakan kesemutan lagi," ujar Dr. Pudji.
Ditambahkan oleh Dr. Tiara Anindhita, Sp.S, dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, mekanisme penyebab neuropati akibat diabetes belum diketahui sepenuhnya. Diperkirakan peningkatan kadar glukosa darahlah yang menyebabkan gangguan antaran listrik pada serabut saraf perifer. Selain itu, pembuluh darah kapiler terganggu, sehingga menyebabkan sel-sel saraf tidak mendapatkan sirkulasi darah yang baik dan terjadilah kerusakan.
Fungsinya yang sangat penting membuat sel saraf sangat rentan terhadap gangguan sirkulasi walaupun hanya sesaat. Sel saraf selalu memerlukan kecukupan oksigen, gula darah, dan nutrisi lain yang maksimal setiap saat.
Karena itu, peningkatan kadar gula darah yang berlangsung terus-menerus dalam waktu lama akan menimbulkan kerusakan di luar batas toleransinya dan sulit untuk beregenerasi kembali.
Setiap gejala kesemutan harus segera ditangani dengan benar. Bila kesemutan terkait dengan penyakit tertentu, cara mengatasinya adalah dengan mengelola penyakitnya.
Pada diabetesi misalnya, pengendalian kadar gula darah dalam batas normal dapat mencegah perburukan gejala. Pengendalian gula darah dapat dilakukan dengan konsumsi obat secara teratur dan diet.
Kesemutan dapat diminimalisasi dengan pemberian obat yang bisa merangsang perbaikan serabut saraf yang rusak dengan metilkolbalamin yang diresepkan dokter. Sirkulasi darah harus diperlancar dengan rutin olahraga dan mengasup makanan sehat, serta tidak merokok.
Kesemutan Dan Neuropati
Kesemutan atau paresthesia dalam istilah medis merupakan sensasi spontan yang abnormal pada daerah persarafan tertentu. Secara normal, manusia bisa merasakan sensasi tertentu setelah ada rangsangan atau stimulus yang sesuai. Contohnya, merasa, meraba, menyentuh, menekan, nyeri, dan sebagainya.
Sensasi tersebut baru muncul bila ada stimulus. Dan sensasinya, tentu saja, harus sesuai dengan stimulusnya. "Jadi kalau kita diraba, ya kita akan merasakan sensasi diraba," ujar Dr. Dita.
Sementara pada paresthesia, sensasinya muncul spontan tanpa ada stimulus. Bisa berupa rasa panas seperti terbakar, tidak enak, kesemutan, seperti ditusuk-tusuk.
Paresthesia atau kesemutan adalah terminologi untuk suatu gejala dan bukan diagnosis penyakit. Itu sebabnya, gejala paresthesia bisa dijumpai pada berbagai penyakit yang mengenai saraf, terutama saraf di bagian perifer.
Berbagai Penyebab
Sebagai gambaran, sistem saraf manusia terbagi atas saraf sentral (otak dan sumsum tulang) dan perifer, yaitu serabut saraf yang keluar dari sentral menuju organ-organ yang perlu dipersarafi seperti kulit, otot, organ dalam perut, jantung, dan sebagainya. Jadi mirip komputer yang memiliki unit pemrosesan sentral (CPU) dan tersambung dengan kabel konektor.
Adanya kelainan yang pada saraf perifer disebut neuropati. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Selain diabetes, juga bisa akibat penyakit autoimun, tiroid, vaskular, dan sebagainya. Gejala paresthesia juga bisa disebabkan oleh kelainan saraf yang lebih berat seperti tumor dl daerah sumsum tulang atau gejala sisa pasca stroke.
Gejala antara paresthesia dan neuropati sangat berbeda. Pada neuropati, kesemutan yang muncul sangat khas. Biasanya di telapak kaki kemudian telapak tangan serta simetris kanan dan kiri.
"Sering disebut daerah stocking gloves, seperti layaknya memakai sarung tangan dan kaus kaki," ujar spesialis saraf lulusan FKUI ini.
Pada kelainan di sumsum tulang atau otak, daerah yang mengalami kesemutan sangat bervariasi, tergantung lokasi saraf yang terkena. Pada kasus neuropati yang lebih berat, kesemutan bisa diikuti rasa nyeri atau gangguan gerak pada tangan dan kaki.
Karena Penekanan
Selain menjadi gejala penyakit, kesemutan juga bisa muncul secara fisiologis. Posisi tubuh tertentu yang tidak berubah dalam waktu cukup lama, seperti duduk bersila, bisa timbul rasa kesemutan.
Hal ini, disebutkan Dr. Dita, karena terhambatnya aliran darah ke daerah saraf tertentu akibat penekanan yang terus-menerus dalam waktu lama. "Sehingga saraf mengalami 'kekurangan makanan' sesaat, yang ditandai rasa kesemutan itu," katanya.
Untuk menghindarinya, kita mesti rajin mengubah posisi dan melakukan gerakan ringan secara periodik agar aliran darah tetap lancar.
Satu hal lagi, di negara-negara Barat, kesemutan juga bisa terjadi karena konsumsi alkohol berlebihan. Sementara di Indonesia, kesemutan Bering berkaitan dengan nutrisi, yaitu kekurangan asupan vitamin B12.
No comments:
Post a Comment