''Salah satunya bisa menyerang sinus. Akibatnya, pasien menderita sinusitis maksilaris, yakni radang pada rongga sinus yang letaknya di pipi,'' kata drg Roberto Simandjuntak MS SpBM. Dikatakannya, sinusitis bisa disebabkan komplikasi lelainan di dalam rongga hidung (rinogen). Penyebab lain adalah komplikasi kelainan gigi (dentogen).
Menurut Roberto, tak semua gigi berlubang mengakibatkan sinusitis maksilaris. Hanya gigi keempat dan seterusnya (ke arah geraham) bagian atas yang berpotensi. ''Sebab, ujung akar giginya dekat sekali dengan saluran sinus. Karena itu, kalau gigi terinfeksi, ada kemungkinan infeksinya meluas hingga ke sinus maksilaris,'' terang spesialis bedah mulut Siloam Hospital Surabaya tersebut.
Gigi pertama hingga ketiga (bagian atas) tak akan menyebabkan sinusitis maksilaris meski berlubang dan infeksinya meluas. Demikian pula halnya dengan gigi bagian bawah. Meski gigi geraham meradang, infeksinya tak akan meluas hingga ke sinus.
Gejalanya? Roberto mengatakan, tak ada perbedaan dengan sinusitis maksilaris pada umumnya. Yakni, flu tak kunjung sembuh., hidung terasa buntu di bagian yang sakit. Tak jarang kondisi tersebut disertai sakit kepala dan adanya peradangan pada gigi.
''Pasien mungkin cerita sering pilek, hidung sisi kanan buntu, dan gigi di sisi kanan infeksi,'' ungkapnya. Dalam kondisi begitu, dokter gigi bisa langsung curiga bahwa pasien mengalami sinusitis maksilaris dan minta pasien segera berkonsultasi ke dokter THT-KL untuk menegakkan diagnosis.
Meski begitu, staf pengajar FKG Unair itu mengatakan, ada juga pasien yang tak mau berkonsultasi ke dokter THT-KL. Sebab, setelah giginya yang infeksi dicabut, keluhan sinusitis berangsur-angsur berhenti. ''Karena sumber infeksinya sudah diobati. Nanah yang membuntu sinus bisa hilang dengan mekanisme tubuh,'' terangnya.
Namun, Roberto mengingatkan, gigi yang rusak tak harus dicabut. Indikasi gigi dicabut bila akar gigi mengecil dan rusak disertai infeksi meluas. ''Kalau akar gigi tidak rusak berat, dokter gigi hanya akan melakukan perawatan,'' lanjutnya.
Mana yang harus diterapi lebih dulu, gigi yang rusak atau sinusitisnya? Roberto mengatakan, bergantung pada keluhan pasien. Jika keluhan pasien lebih banyak ke sinusitisnya, bagian itulah yang diobati lebih dulu. Perawatan gigi bisa belakangan. ''Atau, bisa juga diterapi bersamaan. Ketika dokter THT-KL mengoperasi sinusitisnya, pasien bisa ke dokter gigi agar gigi yang rusak dicabut,'' jelasnya.
Bila infeksi gigi bisa meluas ke sinus, bisakah terjadi proses sebaliknya? Maksudnya, sinusitis maksilaris menyebabkan infeksi gigi? Menurut dr Dendy Hamdali SpTHT-KL, hal itu tidak terjadi. "Infeksi gigi bisa meluas hingga menyerang sinus maksilaris. Tapi, itu tidak berlaku sebaliknya,'' kata dokter spesialis telinga hidung tenggorok-kepala leher Siloam Hospital Surabaya itu.
Menurut dia, sinus merupakan daerah yang bersih. Jadi, kemungkinan terinfeksi sesuatu dari luar sangat kecil. Andai sinus terinfeksi pun, infeksi itu tak akan menjalar ke gigi.
Untuk menegakkan diagnosis sinusitis maksilaris, kata Dendy, pasien sebaiknya menjalani pemeriksaan foto rontgen. ''Hasil foto biasanya menggambarkan perselubungan atau penebalan lapisan lendir dinding sinus,'' kata Dendy. Hasil pemeriksaan itulah yang menentukan tahap pengobatannya.
No comments:
Post a Comment