Thursday, March 11, 2010

Deteksi Penuaan Lewat Darah, Air Liur, dan Urine


Pengobatan Ustadz Galih Gumelar — Proses penuaan memang tak bisa dihindari oleh siapa pun. Namun, seiring kemajuan ilmu kedokteran dan teknologi, kini sudah ada disiplin ilmu kedokteran anti-aging yang mengkaji usaha pencegahan terhadap proses penuaan.

Dalam dunia medis, anti-aging bukan sekadar menciptakan kulit wajah menjadi mulus dan tampak muda kembali. Lebih dari itu, disiplin ilmu ini bertujuan membantu hidup manusia lebih lama, sehat, dan bahagia. Dengan demikian, populasi orang tua yang sakit-sakitan akan berkurang.

Sepanjang tahun, populasi aging selalu meningkat, khusus di Indonesia meningkat 400 persen sejak 1990. Harus ditekan agar tidak menjadi beban bagi generasi selanjutnya.

Namun, pencegahan penuaan tidak boleh sembarangan dilakukan. Selain itu, Anda jangan mudah terpengaruh oleh iklan-iklan produk anti-aging yang menjanjikan khasiat luar biasa dalam waktu singkat. ”Iklan-iklan hanya menawarkan obat pemoles wajah, bukan untuk mencegah penuaan.

Menurut Deby, produk-produk semacam itu biasanya hanya bekerja pada area tertentu, seperti wajah. Padahal, serangan penuaan terjadi secara menyeluruh dalam satu sistem tubuh. Kalau hanya mengandalkan produk kecantikan, kulit wajah tampak muda, tapi fungsi tubuh yang lain belum tentu

Selain itu, penggunaan produk kecantikan juga akan merugikan dalam jangka panjang karena banyak produk kecantikan mengandung bahan kimia yang merugikan, misalnya bisa menyebabkan mutasi gen. Itu bisa mengubah gen yang sehat menjadi tidak sehat.

Sebaliknya, lebih aman apabila Anda mencegah proses penuaan secara klinis. Dalam pengobatan klinis, pasien harus melewati beberapa tahap pemeriksaan di laboratorium. Tujuan pemeriksaan ini melihat kadar hormon yang menjadi indikator muncul tidaknya anti-aging medicine, di antaranya adalah hormon estrogen, progesteron, testosteron, sex hormon binding globulin, cortisol (hormon stres), growth hormone, tiroid, dan pregnenolone.

Proses penuaan terjadi jika kadar hormon-hormon itu berkurang. Hal itu biasanya dialami wanita saat terserang menopouse, sementara pada laki-laki saat andropause. Namun, sebelum serangan itu terjadi, uji laboratorium bisa mendeteksinya secara lebih cepat

Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan sampel darah pasien. Selain itu, pemeriksaan juga bisa dilakukan melalui tes sampel air ludah (saliva). Uji laboratorium akan menganalisis kadar hormon setiap sampel dan hasilnya akan disampaikan kepada pasien

Selain itu, masih ada cara lain untuk mengetahui status ”aging” seseorang, yakni dengan bone test density alias deteksi densitas tulang. ni tidak jauh beda dengan cek osteoporosis atau kelainan tulang. Sebenarnya osteoporosis terjadi karena ada hormon yang kurang, terutama DHEA,

DHEA merupakan hormon pembentuk estrogen, progesteron, dan testosteron. adi, apabila hasil tes menunjukkan penurunan hormon DHEA, sudah pasti akan terancam kekurangan hormon estrogen, progesteron, dan testosteron

Dari air seni juga bisa diketahui apakah kita sudah mengalami serangan penuaan atau belum. Pemeriksaan ini dilakukan melalui tes urine kuantitatif selama 24 jam. Tujuannya untuk melihat kadar growth hormone. Cuma, pemeriksaan ini kurang praktis. Pasien harus mengumpulkan urine 24 jam, tanpa putus.

Setelah 24 jam, air seni yang terkumpul kemudian dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Namun, karena cara ini agak merepotkan, banyak orang enggan menjalaninya. ”Metodenya memang ribet, harus mengumpulkan urine selama 24 jam,”

Kurangi Garam Agar Panjang Umur


Pengobatan Ustadz Galih Gumelar - Garam adalah salah satu unsur yang dibutuhkan dalam setiap masakan karena fungsinya sebagai pemberi rasa. Tapi kita juga mengetahui terlalu banyak mengonsumsi pemberi rasa ini akan berbahaya bagi pembuluh darah kita. Sebenarnya, seberapa kuat tubuh kita bisa "menampung" garam? Epidemolog Nancy R. Cook dan timnya melakukan penelitian Trials of Hypertension Prevention (TOHP) yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah akhir 1980-an dan tahap kedua pada awal 1990-an. Penelitian tahap pertama, fokus pada empat hal yaitu stres manajemen, pola makan sehat, dan pengurangan garam.

Sedangkan di tahap kedua menitikberatkan pada penurunan berat badan dan pengurangan garam. Mereka melibatkan 3 ribu responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Para responden dipastikan tidak punya masalah dengan pembuluh darah dan tekanan darah mereka. Responden lalu dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama diajarkan untuk memilih makanan yang rendah sodium sedangkan kelompok kedua hanya diajarkan bagaimana memilih makanan sehat secara umum. Kedua kelompok selama penelitian diamati konsumsi garamnya. Pada penelitian tahap I yang berlangsung selama 18 bulan, respoden di kelompok pertama dalam seharinya hanya mengonsumsi sodium seribu miligram atau setara dengan 1 ½ sendok teh garam. Dan takaran ini menyelamatkan mereka dari gangguan pembuluh darah termasuk tekanan darah tinggi. Di penelitian tahap II yang dilakukan selama 36 bulan, responden yang diberi arahan bagaimana memilih makanan yang kadar sodiumnya rendah, berhasil mengurangi konsumsi sodiumnya menjadi 750 miligram yang setara dengan sepertiga sendok teh yang berujung pada kualitas saluran pembuluh darah yang prima. Sedangkan pada kelompok yang hanya diberi tahu bagaimana memilih makanan sehat secara umum, tidak signifikan memengaruhi kadar sodium dalam tubuhnya. Bahkan 9 persen dari mereka tetap mengalami serangan jantung atau stroke, sedangkan kelompok yang memilih makanan untuk mengontrol kadar sodium hanya mengalami masalah tersebut sebanyak 7,5 persen. Dalam tubuh, sodium diperlukan untuk mengantarkan rangsangan pada sistem saraf kita dan menjaga agar mineral tetap tercukupi dalam tubuh. Tapi tubuh kita tidak suka segala sesuatu yang berlebihan, termasuk sodium. Ketika kelebihan akan kesulitan bagi ginjal untuk mengeluarkannya yang kemudian membuat cairan antar sel menjadi lebih banyak. Inilah yang kemudian membuat volume dalam sirkulasi darah meningkat yang kemudian menaikkan tekanan dalam darah atau jamak kita sebut hipertensi. Takaran yang direkomendasikan ½ - 1 sendok teh dalam satu hari adalah rasa asin yang boleh kita nikmati. Tapi bagi kita yang memiliki gangguan ginjal dan tekanan darah tinggi, takaran amannya sekitar ½ sendok teh.


Batasi Asupan Natrium biar Jantung Sehat

Pengobatan Ustadz Galih Gumelar Natrium adalah mineral yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Selain itu, juga membantu mengantar impuls saraf yang memengaruhi kontraksi dan relaksasi otot. Namun begitu, jika darah Anda terlalu banyak mengandung natrium, volume darah akan meningkat karena natrium akan menarik dan mengikat air. Dengan begitu, jantung harus bekerja ekstrakeras memompa untuk mengalirkan darah yang volumenya meningkat itu. Akibatnya, tekanan pada arteri akan meningkat. Di zaman modern yang serba instan ini, kecenderungan kita untuk mengasup natrium berlebih menjadi sangat tinggi. Hampir setiap hari kita tidak dapat terlepas dari makanan yang sudah diproses dan mengandung natrium tinggi, seperti, sup, kaldu, sayuran dalam kaleng, saus, dan banyak lagi. Belum lagi kebiasaan menambahkan garam setiap kali makan atau mengudap camilan mengandung garam. Memang masih ada perbedaan pendapat tentang pembatasan garam apakah benar dapat menurunkan tekanan darah. Beberapa penelitian berhasil memperoleh sedikit bukti yang mendukung teori ini. Penelitian lain termasuk penelitian DASH-Sodium yang dipublikasikan pada tahun 2001 menunjukkan bahwa dengan mengurangi natrium akan menurunkan tekanan darah. The National High Blood Pressure Education Program oleh National Institutes of Health menyarankan semua penduduk Amerika agar membatasi natrium tidak lebih dari 2.400 miligram setiap hari. Bukti yang ada menyatakan bahwa membatasi natrium itu wajar dan aman. Banyak pakar kesehatan dan organisasi mendukung diet rendah natrium. Jika Anda mempunyai tekanan darah tinggi dan sensitif terhadap natrium, dengan mengurangi asupan natrium dapat membantu menurunkan tekanan darah. Dengan membatasi natrium dan mengubah gaya hidup, mungkin Anda jadi tidak perlu obat-obatan. Kalaupun Anda sudah menggunakan obat-obatan, dengan mengurangi natrium, maka obat-obatan tersebut akan menjadi lebih efektif.

Wednesday, March 10, 2010

Daun Pepaya, ternyata Obat Pelawan Kanker

Pengobatan Ustadz Galih Gumelar — Di balik rasanya yang pahit, ternyata daun pepaya menyimpan manfaat sebagai zat pelawan kanker. Oleh para ahli, kehebatan daun pepaya dalam melawan berbagai jenis tumor di tubuh ini disebut sebagai ”sangat mengagumkan”. Adalah peneliti Nam Dang dari Universitas Florida dan rekannya dari Jepang yang memublikasikan temuannya mengenai manfaat ekstrak daun pepaya untuk melawan kanker serviks, payudara, liver, paru, dan pankreas. Para peneliti menggunakan ekstrak daun pepaya yang sudah kering dan dimanfaatkan sebagai teh daun pepaya. Dalam riset yang dilakukan Dang diketahui, ekstrak daun pepaya akan menghasilkan molekul yang disebut Th1 tipe sitokin yang membantu meningkatkan sistem imun tubuh. Hal ini akan mendukung terapi yang memanfaatkan sistem imun untuk melawan kanker. Para ahli mengatakan, ekstrak pepaya tidak memiliki efek toksik pada sel normal sehingga lebih aman daripada terapi kanker pada umumnya. Dalam penelitiannya, 10 tipe kultur sel kanker dipajan dengan ekstrak daun pepaya untuk kemudian diamati selama 24 jam. Ternyata, pepaya memperlambat pertumbuhan sel tumor pada semua jenis tipe kanker. Selain dikonsumsi sebagai buah, pepaya juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional, khususnya oleh suku Aborigin di Australia, penduduk Vietnam, dan beberapa negara Asia lainnya.